Keluarga merupakan lingkungan
pendidikan yang pertama dan utama bagi seorang anak. Berbagai permasalahan anak
seperti kegagalan di sekolah, gejala kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba,
dan lain-lain, sering dilatarbelakangi oleh pendidikan yang salah dalam
keluarga.
Bahkan, baik buruknya sebuah
komunitas masyarakat pun ditentukan oleh kualitas masing-masing keluarga.
Karena keluarga merupakan miniatur kehidupan sebuah bangsa. Sebagaimana dalam
sebuah ungkapan yang ditulis oleh Muhammad Abdul Aziz
صَلَاحُ
الأُمَّةِ بِصَلَاحِ الأُسْرَةِ
“Kebaikan umat
didasari oleh kebaikan keluarga”
Permasalahan yang
dialami oleh bangsa ini seperti korupsi, penipuan, perampokan, pencurian,
pelacuran, pemerkosaan, penyebaran obat-obat terlarang dan berbagai penyakit masyarakat
lainnya, pada hakikatnya berawal dari gagalnya pendidikan dalam keluarga.
Rasulullah Shalallaahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam sebuah hadis yang diterima oleh
sahabat Abu Hurairah Radhiyallaahu ‘Anhu
كُلُّ
مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ
يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap anak
dilahirkan dalam keadaan fithrah, maka kedua orangtuanya lah yang
meyahudikannya, menasranikannya dan memajusikannya”. (HR Bukhari No. 1385,
Muslim No. 2658)
Jadi yang memiliki peran penting dalam
membentuk kepribadian anak adalah orangtua. Interaksi yang terjadi dalam keluarga antara orangtua
dan anak pada hakikatnya merupakan proses pendidikan. Semua tingkah laku keseharian orangtua di rumah akan
selalu dilihat dan dicerna oleh anak. Maka orangtua sebagai penanggungjawab keluarga harus
bisa memberikan suri tauladan yang baik bagi anak-anaknya. Karena sutu
saat Allah akan meminta pertanggungjawaban orangtua atas amanah anak yang telah
diberikan
أَلاَ كُلُّكُمْ رَاعٍ ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ،
فَالإِمَامُ الَّذِى عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ،
وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ،
وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِىَ
مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ ، وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهْوَ
مَسْئُولٌ عَنْهُ ، أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ
“Ingatlah
setiap kalian adalah pemimpn, dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya. Imam yang memimpin
manusia adalah pemimpin dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang
laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan dia akan ditanya tentang
kepemimpinannya, seorang perempuan adalah pemimpin bagi keluarga suaminya dan
anaknya dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang hamba sahaya
adalah pemimpin bagi harta tuannya dan dia akan ditanya tentang
kepemimpinannya. Ingatlah setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan
ditanya tentang kepemimpinannya”. (HR.Al-Bukhari
No. 7138 dan Muslim No. 1829).
Dalam Islam,
pentingnya peran keluarga dalam proses pendidikan anak dicantumkan dalam
Al-Quran Surat Al-Furqan ayat 74
وَالَّذِينَ
يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Dan orang orang
yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami pasangan-pasangan kami
dan keturunan kami sebagai penyejuk hati, dan jadikanlah kami imam
bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS Al-Furqan : 74)
Ayat ini memberikan
panduan kepada kita bagaimana mewujudkan keluarga yang bisa menjadi Qurrata
‘Ayun (penyejuk hati). Dalam ayat ini kita meminta Qurrata
‘Ayun kepada Allah diawali dengan meminta pasangan hidup (suami atau
istri), lalu keturunan (anak-anak). Pelajarannya adalah kalau kita menginginkan
anak keturunan yang menjadi penyejuk hati, maka awalilah dengan pasangan hidup
(orangtua) yang menjadi penyejuk hati. Jadi pendidikan keluarga dalam Islam diawali dari memilih pasangan hidup.
Rasulullah Shallallaahu
‘Alaihi wa Sallam memberikan
panduan bagaimana cara memilih pasangan hidup
تُنْكَحُ
الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا ،
فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
"Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya,
karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan
beruntung." (HR Bukhari No. 5090, Muslim No. 1466)
Dalam hadis ini
Rasulullah memberikan nasihat agar pertimbangan utama dalam memilih pasangan
hidup adalah agamanya, tentunya tanpa mengabaikan kriteria yang lainnya. Hanya
saja, pertimbangan agama menjadi pertimbangan yang paling utama. Karena pada
faktanya tidak ada manusia yang sempurna. Ada yang fisiknya bagus, hartanya
juga bagus, tapi agamanya kurang. Ada juga yang secara fisik dan harta kurang,
namun agamanya sangat baik. Maka pilihlah yang agamanya paling baik, pasti
beruntung.
Rasulullah sampai
memberikan panduan dalam menentukan pasahan hidup, karena pernikahan dalam
Islam memiliki tujuan yang sangat mulia, bukan hanya sekedar menyalurkan
syahwat, tetapi juga merealisasikan cita-cita kemanusiaan yaitu menghasilakan
keturunan yang berkualitas
وَاللَّهُ
جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ
بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ
وَبِنِعْمَتِ اللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ
“Allah menjadikan
bagi kamu pasangan dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu
dari pasangan kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki
dari yang baik-baik. Maka
mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah
?" (QS An-Nahl : 72)
Dari pasangan yang
baik akan terlahir generasi yang baik. Begitu pula sebaliknya, jika pasangan
hidup tidak baik maka kualitas generasi yang akan lahir pun tidak akan baik.
Untuk mendapat pasangan hidup yang baik, maka perbaikilah diri sendiri terlebih
dahulu, karena Allah hanya akan memberikan pasangan hidup yang baik kepada
seseorang yang baik (kualitasnya sama).
وَالطَّيِّبَاتُ
لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ
“Wanita-wanita yang
baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk
wanita-wanita yang baik (pula)...” (QS An-Nur : 26)
Wallaahu A’lam
Bishshawwab.
Al-Faaqir
Ilallaah : Dedi Setiawan,
S.Psi.
Erni Aeni Rahayu, S.Pd (CGP Angkatan 9) More
Pahlawan, siapa mereka? More
rapih dan teratur More
Humas SMP DTBS Putra More