Minggu, 24 September 2017

PERAN PENTING KELUARGA DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi seorang anak. Berbagai permasalahan anak seperti kegagalan di sekolah, gejala kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba, dan lain-lain, sering dilatarbelakangi oleh pendidikan yang salah dalam keluarga.

 

Bahkan, baik buruknya sebuah komunitas masyarakat pun ditentukan oleh kualitas masing-masing keluarga. Karena keluarga merupakan miniatur kehidupan sebuah bangsa. Sebagaimana dalam sebuah ungkapan yang ditulis oleh Muhammad Abdul Aziz

صَلَاحُ الأُمَّةِ بِصَلَاحِ الأُسْرَةِ

“Kebaikan umat didasari oleh kebaikan keluarga”

 

Permasalahan yang dialami oleh bangsa ini seperti korupsi, penipuan, perampokan, pencurian, pelacuran, pemerkosaan, penyebaran obat-obat terlarang dan berbagai penyakit masyarakat lainnya, pada hakikatnya berawal dari gagalnya pendidikan dalam keluarga.

Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam sebuah hadis yang diterima oleh sahabat Abu Hurairah Radhiyallaahu ‘Anhu

 

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah, maka kedua orangtuanya lah yang meyahudikannya, menasranikannya dan memajusikannya”. (HR Bukhari No. 1385, Muslim No. 2658)

 

Jadi yang memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian anak adalah orangtua. Interaksi yang terjadi dalam keluarga antara orangtua dan anak pada hakikatnya merupakan proses pendidikan. Semua tingkah laku keseharian orangtua di rumah akan selalu dilihat dan dicerna oleh anak. Maka orangtua sebagai penanggungjawab keluarga harus bisa memberikan suri tauladan yang baik bagi  anak-anaknya. Karena sutu saat Allah akan meminta pertanggungjawaban orangtua atas amanah anak yang telah diberikan

 

أَلاَ كُلُّكُمْ رَاعٍ ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، فَالإِمَامُ الَّذِى عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِىَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ ، وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ ، أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Ingatlah setiap kalian adalah pemimpn, dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya. Imam yang memimpin manusia adalah pemimpin dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang perempuan adalah pemimpin bagi keluarga suaminya dan anaknya dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang hamba sahaya adalah pemimpin bagi harta tuannya dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya. Ingatlah setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya”.  (HR.Al-Bukhari No. 7138 dan Muslim No. 1829).

Dalam Islam, pentingnya peran keluarga dalam proses pendidikan anak dicantumkan dalam Al-Quran Surat Al-Furqan ayat 74

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami pasangan-pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS Al-Furqan : 74)

Ayat ini memberikan panduan kepada kita bagaimana mewujudkan keluarga yang bisa menjadi Qurrata ‘Ayun (penyejuk hati). Dalam ayat ini kita meminta Qurrata ‘Ayun kepada Allah diawali dengan meminta pasangan hidup (suami atau istri), lalu keturunan (anak-anak). Pelajarannya adalah kalau kita menginginkan anak keturunan yang menjadi penyejuk hati, maka awalilah dengan pasangan hidup (orangtua) yang menjadi penyejuk hati. Jadi pendidikan keluarga dalam Islam diawali dari memilih pasangan hidup.

Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan panduan bagaimana cara memilih pasangan hidup

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

"Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung."  (HR Bukhari No. 5090, Muslim No. 1466)

Dalam hadis ini Rasulullah memberikan nasihat agar pertimbangan utama dalam memilih pasangan hidup adalah agamanya, tentunya tanpa mengabaikan kriteria yang lainnya. Hanya saja, pertimbangan agama menjadi pertimbangan yang paling utama. Karena pada faktanya tidak ada manusia yang sempurna. Ada yang fisiknya bagus, hartanya juga bagus, tapi agamanya kurang. Ada juga yang secara fisik dan harta kurang, namun agamanya sangat baik. Maka pilihlah yang agamanya paling baik, pasti beruntung.

Rasulullah sampai memberikan panduan dalam menentukan pasahan hidup, karena pernikahan dalam Islam memiliki tujuan yang sangat mulia, bukan hanya sekedar menyalurkan syahwat, tetapi juga merealisasikan cita-cita kemanusiaan yaitu menghasilakan keturunan yang berkualitas

وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَتِ اللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ

“Allah menjadikan bagi kamu pasangan dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari pasangan kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?" (QS An-Nahl : 72)

Dari pasangan yang baik akan terlahir generasi yang baik. Begitu pula sebaliknya, jika pasangan hidup tidak baik maka kualitas generasi yang akan lahir pun tidak akan baik. Untuk mendapat pasangan hidup yang baik, maka perbaikilah diri sendiri terlebih dahulu, karena Allah hanya akan memberikan pasangan hidup yang baik kepada seseorang yang baik (kualitasnya sama).

وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ

“Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)...” (QS An-Nur : 26)

 

Wallaahu A’lam Bishshawwab.

Al-Faaqir Ilallaah : Dedi Setiawan, S.Psi.

 



Jurnal Refleksi

Kamis, 07 Maret 2024

Erni Aeni Rahayu, S.Pd (CGP Angkatan 9) More

Pahlawan, siapa mereka? More

Kerapihan dalam berbaris

Jumat, 11 Agustus 2017

rapih dan teratur More

Hakikat Kemerdekaan Untuk Santri

Rabu, 16 Agustus 2023

Humas SMP DTBS Putra More



© 2023 smpdtbs All rights reserved.