PESANTREN MENARIK NGETREN TANPA PLASTIK
By: Deni Fauzi Rahman
ﺮ َﮭ َﻇ َ د ُﺴﺎ َﻔَ ﻟْ ﻓﻰ ا ِ ﺮ ﺒﱢ ِ ﻟْ ﺮ ا ِﺤ ْﺒَ ﻟْوا َ ﻤﺎ َﺑِ ﺖ ْ ﺒَﺴ َﻛ َ ﺪى ِﯾْاَ س ِ ﻢ اﻟﱠﻨﺎ ْﮭ ُﻘَ ﯾْﺬ ِﯿُ ﻟِ
ﺾ َ ﻌ ْﺑَ ي ْ ﺬ ِاﻟ ﻮا ﱠ ْﻤﻠ ُِﻋ َ ﻢ ْﮭ ُﻌﻠ ﱠَﻟَ ن َﻮ ْﻌ ُﺟ ِﺮ ْﯾَ Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS: Ar-Rum Ayat: 41) yat di atas adalah Ayat Al Quran yang A menjelaskan bahwa kerusakan di bumi adalah akibat perbuatan manusia. Melalui teknologi yang selalu “dibanggakan”, manusia berlomba-lomba untuk terus berinovasi membuat benda yang dapat mempermudah kehidupannya di dunia. Sebagian besar dari kita tidak menyadari bahwa inovasi yang kita lakukan dapat merusak bumi, planet tempat kita hidup. Ya, plastik yang kita buat dengan tujuan agar hidup kita lebih praktis ternyata dapat merusak bumi. Plastik dapat merusak bumi? Plastik diperkenalkan oleh Alexander Parkes pada tahun 1862 di London, Inggris. Pada masa tersebut, plastik dibuat dari bahan alam yang mirip dengan karet. Plastik terus dikembangkan sehingga pada tahun 1920 Carothers membuat sikat gigi berbahan plastik, yang sebelumnya dari bulu binatang. Semenjak itu penggunaan plastik berkembang sangat pesat sampai saat ini secara sadar atau tidak, sebagian besar benda yang kita gunakan sehari-hari berbahan plastik. Indonesia merupakan negara dengan masyarakat pengguna plastik yang besar. Praktis dan murah menjadi alasan kita menggunakan plastik seperti kantong plastik dan botol minuman. . Penggunaan plastik yang besar menyebabkan sampah plastik menumpuk sehingga banyak sampah yang dibuang ke laut. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2016, Indonesia masuk dalam peringkat kedua di dunia sebagai penghasil sampah plastik terbesar ke laut setelah Tiongkok atau China sebesar 187,2 juta ton per tahun. Hal ini berarti kita menggunakan kantong plastik atau botol minuman lebih dari 1 juta buah setiap menitnya dan sebagian besar langsung dibuang hanya sekali pakai. Setelah dibuang, sampah plastik tidak langsung bisa hancur. Butuh waktu ratusan bahkan ribuan tahun agar sampah plastik tersebut hancur. Setiap plastik yang pernah dibuat manusia, masih ada sampai kini belum bisa hancur. Hal inilah yang menjadi penyebab menumpuknya sampah plastik dan dapat menimbulkan pencemaran yang berakibat pada kesehatan. Selain itu sampah plastik juga berperan terhadap pemanasan global. Sampah plastik dapat mengganggu kehidupan laut sehingga mengurangi penyerapan 2karbondioksida (CO) yang menjadi penyebab pemanasan global oleh toplankton (salah satu makhluk hidup yang ada di laut). “Pesantren Tanpa Plastik” Berapa banyak sampah plastik yang dihasilkan oleh santri? Indonesia memiliki jumlah santri sekitar 4 juta orang. Jika setiap santri membuang sampah plastik 2 buah per hari saja, maka ada 8 juta sampah plastik per hari. Kalau dihitung setahun, berarti ada sekitar 3 milyar sampah plastik dalam setahun yang dihasilkan santri! Tentunya yang dimaksud “pesantren tanpa plastik” bukan berarti di pesantren tidak ada plastik, tapi bagaimana di pesantren tersebut dapat menggunakan plastik seesien mungkin. Program “Pesantren tanpa plastik” harus didukung oleh semua pihak. Mulai dari kurikulum pesantrennya, civitas, dan santrinya. 3R yaitu reduce, reuse, dan recycle dapat diterapkan pada program “Pesantren tanpa plastik”. Reduce berarti mengurangi penggunaan plastik, contohnya membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi penggunaan plastik sebagai pembungkus barang belanja. Reuse berarti menggunakan ulang plastik untuk keperluan sejenis atau yang lainnya seperti memanfaatkan kantong plastik bekas untuk pembungkus lagi. Recycle berarti mendaur ulang plastik menjadi barang yang memiliki fungsi contohnya membuat kerajinan tangan menggunakan bahan dasar sampah plastik.Tapi sebelum program 3R dapat dijalankan, santri dan seluruh civitas harus tahu tentang penggunaan plastik itu sendiri.
Tidak semua plastik dapat digunakan untuk makanan serta minuman dan juga tidak semua plastik dapat di-reuse atau digunakan kembali. Tanpa ketidaktahuan tentang penggunaan plastik dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan. Tantangan yang utama adalah aplikasi dari program “Pesantren tanpa plastik” melalui 3R. Proses pembiasaan 3R pasti menemui tantangan. Seluruh pihak yang terlibat harus dapat mendukung program ini, baik santri, civitas, kantin, dan lain-lain. Tentunya hal ini tidak mudah diterapkan, tetapi minimal kita dapat mengurangi sampah plastik. Hal ini dapat menjadi dakwah kita sebagai umat muslim untuk menunjukkan pada dunia bahwa Islam sangat peduli pada lingkungan. Dan yang terpenting, apa yang kita lakukan melalui program “Pesantren tanpa plastik” dapat menjadi kebaikan dan amal ibadah buat kita. Aamiin. Yuk mari kita mulai peduli dengan sampah plastik! Jangan jadikan bumi ini menjadi tempat sampah raksasa buat plastik. Dan jangan menunggu sampai bencana datang akibat diundang oleh dosa-dosa kita salah satunya merusak bumi dengan sampah plastik.