Generasi Literat, Generasi Cinta Membaca dan Menulis
Penulis Herri Setiawan, S.Pd
“Iqro’ bismirobbikalladzii kholaq (Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan) (Al-A’laq : 1). Kutipan ayat dari surat Al-A’laq ini adalah salah satu ayat yang pertama kali diturunkan Allah S.W.T kepada Nabi Muhammad S.A.W. Dimana, waktu itu Nabi Muhammad sedang bertafakkur di gua Hira. Surat ini dinamai juga dengan Iqra’ atau Al Qalam, menerangkan bahwa Allah S.W.T menciptakan manusia dari benda yang hina kemudian memuliakannya dengan mengajar membaca, menulis dan memberinya pengetahuan.
Sehingga pada dasarnya manusia diciptakan oleh Allah S.W.T itu adalah untuk belajar dan mengkaji ilmu Allah S.W.T yang begitu luasnya di muka bumi ini. Manusia pertama kali dilahirkan tidaklah memiliki ilmu apapun sehingga perlu adanya pengajaran tentang bagaimana menyimak, membaca, dan pada akhirnya mampu menulis. Karena dengan keempat kompetensi itulah manusia mampu membuat sebuah karya baik itu di bidang sains, bahasa, atau ilmu yang lainnya dan semuanya tidak terlepas dari ketauhidan kita kepada Allah S.W.T karena Allah S.W.T yang telah memberikan akal dan pikiran kepada manusia.
Allah S.W.T telah menciptakan manusia di dunia ini dengan beragam keanekaragaamn suku, bangsa, dan bahasa. Seperti firman Allah S.W.T dalam surat Al-Hujurat : 13 yang artinya “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Bahasa merupakan salah satu simbol untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya. Tanpa adanya bahasa manusia tidak mungkin dapat membuat sebuah karya di dunia ini. Bahasa merupakan salah satu cara manusia untuk berkomunikasi secara verbal, diawali dengan bahasa isyarat dilanjutkan dengan adanya penemuan bahasa latin dan bahasa tulis yang berbeda di setiap negara. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki ragam bahasa terbanyak di dunia, dimulai dari bahasa ibu dari setiap daerahnya, dilanjutkan dengan bahasa nasional yaitu ‘Bahasa Indonesia”. Mengutip pernyataan dari Prof. Dr. Dadang Sunendar, Kepala Badan Bahasa dan Perbukuan menyatakan, ”Pengabaian terhadap bahasa Indonesia lambat-laun akan meruntuhkan NKRI. Jika saja bahasa Indonesia tidak ada, jangan-jangan Negara Kesatuan Republik Indonesia juga tidak pernah ada.”
Sehingga perlu adanya pelestarian bahasa oleh penggunanya itu sendiri. Seiring dengan perkembangan zaman bahasa telah mengalami berbagai pergeseran atau perubahan bahasa, khususnya Bahasa Indonesia. Dari bahasa zaman kolonial sampai bahasa zaman now atau disebut dengan “bahasa slang/bahasa pergaulan”. Sehingga generasi milenial sekarang cenderung lebih memilih bacaan lewat media sosial ketimbang dengan membaca buku secara tradisional. Sehingga perlu adanya cara “Bagaimana membentuk generasi literat yang senang membaca dan menulis?”.
Cara yang dapat dilakukan untuk pertama kali adalah dengan membudayakan gemar membaca sejak dini di usia 1 tahun, anak-anak bisa mulai diperkenalkan dengan buku bergambar dan untuk selalu diajak berbicara oleh kedua orangtuanya. Karena usia tersebut merupakan salah satu masa emas untuk mampu menangkap simbol ucapan dan tulisan. Memasuki usia masa sekolah anak-anak seyogyanya diberikan sebuah buku bacaan yang menarik untuk mereka baca sehingga menumbuhkan motivasi mereka untuk senang membaca, seperti buku bergambar atau komik bernuansa islami, cerita sejarah nabi atau ilmu sains bergambar sesuai dengan usianya.
Seiring waktu ketika anak-anak sudah diperkenalkan dengan buku oleh kedua orangtuanya, disaat mereka memasuki masa-masa usia sekolah SD,SMP, SMA, dan kuliah mereka akan senang untuk membaca buku karena sudah ditanamkan karakter senang membaca buku sejak usia dini. Berilah anak-anak kita buku bacaan sesuai dengan tingkatan usianya agar tidak salah persepsi dalam membaca serta perlu adanya bimbingan khusus terutama dari orangtuanya selain dari guru di sekolah, agar pengetahuan yang didapatnya lewat membaca buku tidak terjadi kesalahpahaman dalam hal penafsiran. Cermati buku bacaan yang mereka baca, bimbing mereka untuk mampu berkarya menuangkan seluruh ilmu dan pikirannya lewat tulisan.
Setelah membaca, kita sebagai orangtua setidaknya mampu membimbing anak-anak kita untuk mebuat sebuah peta konsep atau mindmaps ditambah dengan gambar dan warna-warna yang menarik di usia sekolah dasar. Dilanjutkan dengan membuat karya tulis seperti puisi, lagu, pidato, atau cerpen di usia sekolah lanjutan. Serta ditingkat usia dewasa mereka bisa membuat sebuah karya tulis ilmiah. Sehingga terciptalah generasi Literat, Generasi Cinta Membaca dan Menulis
Bimbinglah anakmu menuju kesuksesan. Berikan mereka semangat dan doa dari ayah bundanya sehingga apa yang kita tuai itulah yang akan kita dapatkan di usia tua senja nanti. Tanamkanlah sejak dini budaya membaca serta bimbing anak-anak kita menjadi manusia yang Hayyin (tenang) berasal dari Ketauhidan), Layyin (lembut) berasal dari Rahmatan Lil Alamin, Qarib (dekat) berasal dari tawadhu, dan Sahl (Mengenedalikan hawa nafsu) berasal dari waro atau tidak mempersulit. Dengan demikian, insyallah anak-anak kita semua menjadi generasi unggul dalam hal akhlak dan generasi yang literat. Amin ya Allah ya robbal alamin.
Oleh Abu Faqih More
Generasi Literat, Generasi Cinta Membaca dan Menulis More
rapih dan teratur More
Karya: Muhammad Faiz Assiba’i More