Rabu, 16 Agustus 2023

Hakikat Kemerdekaan Untuk Santri

Ibnu ‘asyur memberikan arti dan pandangan mengenai kebebasan atau kemerdekaan yang juga dikenal dalam istilah bahasa Arab Al-Hurriyyah, beliau memberikan makna dengan ‘itqul ‘abid (pembebasan terhadap perbudakan). Dalam hal ini, seseorang yang dapat mengendalikan dirinya untuk melakukan kebaikan, perintah Allah dan rasul-Nya dan mengendalikan untuk tidak melakukan yang dilarang dan diharamkan oleh Allah Swt. secara sadar dari dirinya sendiri, itulah arti dari kemerdekaan yang sebenarnya.

Sekirannya masih dikendalikan atau diperbudak oleh orang lain atau sesuatu yang mendominasi, contohnya seorang santri yang dalam melakukan kewajibannya kepada Allah seperti halnya sholat wajib dan sunnahnya, puasa sunnah dan hal-hal kebaikan yang harus dilakukan dengan kesadaran dirinnya akan tetapi masih diperintah oleh kedua orang tuanya atau ustadznya yang berada diasrama.

Bahkan sampai melakukan hal yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya seperti tidak bisa mengendalikan lisannya berkata dusta, dhalim, kasar, kotor dan sia-sia (DUDHOLKAKOSI), tidak bisa mengendalikan tangan dan kakinya dari barang yang bukan miliknya (gashab atau mencuri) dan juga melihat tontonan yang dilarang dan diharamkan melalui Handphone dan juga internet, Berarti hal tersebut belum menuju kepada arti kemerdekaan yang sebenarnya dalam artian masih dikendalikan diperbudak oleh hawa nafsunya.

Sebagaimana firman Allah Swt., didalam QS. An-Nazi’at : 37-41

فَأَمَّا مَنْ طَغَى (37) وَآَثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (38) فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى (39) وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (41)

“Adapun orang yang melampaui batas. Dan lebih mengutamakan kehidupan duniawi. Maka sesungguhnya, nerakalah tempat tinggalnya. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya, surgalah tempat tinggal(nya)”. (QS. An Nazi’at  : 37-41)

Pada ayat tersebut bisa diambil pelajaranya, bagi seseorang yang masih dikendalikan oleh hawa nafsunya artinya nafsu yang mengarahkan untuk berbuat tidak baik bahkan sampai melanggar aturan-aturannya Allah, hakikatnya orang tersebut belum merdeka. Sebaliknya, jika bisa mengendalikan diri dari melakukan perintah Allah secara sadar dan menjauhi yang dilarang oleh-Nya maka pada hakikatnya sudah merdeka menurut pandangan Allah Swt.

Oleh karnanya, penulis mengajak pembaca semuanya terutama santri SMP Daarut Tauhiid, untuk senantiasa melakukan kebaikan atau amal sholeh, perintah Allah dan juga menerima nasihat-nasihat para guru secara sadar dan ikhlas semata-mata karena Allah Swt. Allahu a’lam

Kontributor: Ust. Gilang Jordan, S. Pd. I (Guru Bahasa Arab)



Bimbingan Tausyah Aa Gym

Senin, 13 Maret 2017

"KEJUJURAN" More

Kerapihan dalam berbaris

Jumat, 11 Agustus 2017

rapih dan teratur More

Advery Shayan More

Makna Upacara Bendera More



© 2023 smpdtbs All rights reserved.