Kamis, 14 November 2024

Refleksi Hari Pahlawan dalam perspektif Islam

Pahlawan, siapa mereka?

Refleksi Hari Pahlawan dalam perspektif Islam

Oleh : Indra Prayoga (Guru SMP Daarut Tauhiid Boarding School)

 

            Hari Ini, Indonesia kembali menggelar acara rutin tahunan yang diselenggarakan tepatnya pada tanggal 10 November. Diantara kita pasti sudah mengetahui apa perayaan di balik tanggal yang seakan ‘dikeramatkan’ dan wajib diperingati setiap tahunnya. Ya,  Hari Pahlawan.

            Bangsa kita setiap tahun merayakan Hari Pahlawan pada 10 November karena pada saat  itulah kita mengenang jasa para pahlawan yang telah bersedia mempertahankan harta dan nyawanya untuk memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan. Sebagian dari kita pun mungkin masih ingat kejadian pada tanggal tersebut 79 tahun silam, para pejuang kita mati-matian untuk melawan tentara Inggris di Surabaya dan tatkala itu tokoh pergerakan perlawanan di komandoi oleh Bung Tomo yang mampu menyalakan api semangat perjuangan rakyat kala itu.

            Setiap diri kita, terkadang memperingati Hari Pahlawan itu hanya cenderung bersifat seremonialnya saja. Memang, kita tidak ikut mengorbankan nyawa seperti pejuang saat itu dan tugas kita sekarang adalah memberi makna baru kepahlawanan dan mengisi kemerdekaan sesuai dengan perkembangan zaman. Namun, dalam mengisi kemerdekaan pun kita dituntut untuk bisa menjadi pahlawan.

 

            Pahlawan, siapa mereka?

            Kata ‘Pahlawan’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang yang berjuang dengan gagah berani dalam membela kebenaran. Dengan merujuk kata pahlawan yang tercatat dalam KBBI, mengartikan bahwasannya makna pahlawan tentu tidak terbatas hanya pada tokoh-tokoh nasional yang memperjuangkan negeri ini saja. Namun, menjadi pahlawan adalah hal yang memungkinkan bagi siapapun bahkan seorang buruh tani sekalipun berhak mendapatkan predikat sebagai seorang pahlawan. Bukankah arti pahlawan itu adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran? Bukankah makna pahlawan itu adalah pejuang yang gagah berani? Dan bukankah makna pahlawan tak lain adalah perihal sifat pahlawan seperti kerelaan berkorban, keberanian dan tanggung jawab?

            Menghadapi situasi dan kondisi seperti saat ini, kita berharap muncul banyak pahlawan dalam segala aspek kehidupan. Dalam hal ini, kita dapat mengisi makna Hari Pahlawan yang seringkali di peringati ini dengan menyadarkan diri kita bahwasannya hari ini bangsa kita sedang membutuhkan banyak pahlawan, pahlawan untuk mewujudkan Indonesia yang adil, Indonesia yang sejahtera, Indonesia yang damai dan teratur dalam berbagai aspek kehidupannya, termasuk kehidupan masyarakat yang masih diliputi krisis multidimensi di berbagai bidang. Kita mencatat beberapa wilayah Indonesia masih di hantui tindakan kekerasan, ketidakadilan, maupun tindakan kebodohan baik dalam individu, masyarakat, maupun dalam bernegara. Kita membutuhkan orang yang berani untuk mencerdaskan kekeliruan yang ada dan menanggulanginya. Kita seorang penuntut ilmu pun tentu bisa menjadi pahlawan dalam bidangnya berkat adanya penemuan atau adanya ilmu yang bermanfaat di masyarakat apapun itu. Oleh karenanya, tidak hanya harus terpaku pada 10 November saja esensi dari Hari Pahlawan itu namun berlangsung setiap hari dalam hidup kita. Setiap hari kita bejuang minimal paling tidak untuk menjadi pahlawan bagi diri kita sendiri sebelum menjadi pahlawan di tengah-tengah masyarakat kelak dan itu artinya suatu saat kita akan menjadi sosok tangguh yang mempunyai target untuk meningkatkan prestasi masing-masing dalam berlomba-lomba untuk hal kebaikan (Fastabiqul Khairat).

 

Islam memuliakan kedudukan ‘Pahlawan’ yang istiqomah berjihad di jalan-Nya

Ingatkah kita akan kisah Thariq Bin Ziyad? Salah satu tokoh pahlawan Islam sang penakluk Konstantinopel saat itu. Semangat beliau dalam menyebarkan dakwah Islam ke wilayah Eropa begitu luar biasa, sampai-sampai beliau membakar seluruh kapal para pasukannya agar mereka tidak takut akan ancaman musuh melainkan sebaliknya, mau tidak mau, suka ataupun tidak suka, mereka harus berani dalam menghadapi tantangan. Ini pelajaran yang bisa kita ambil sekaligus dapat kita jadikan pedoman bahwasannya Islam mendorong manusia untuk gencar melaksanakan perintah dalam rangka ketaatan kepada-Nya. Bukankah jiwa tangguh seperti itu yang harus kita miliki?

Dalam hal ini, Al-Qur’an menjelaskan bahwa istilah yang digunakan untuk para pembela kebenaran, para ksatria atau pahlawan adalah rajul. secara bahasa rajul berarti seorang laki-laki, dalam bentuk ganda adalah rajula-ni, sedangkan bentuk jamaknya adalah rijal. Para rijal ini ada pada setiap zaman, baik pada setelah Rasulullah SAW wafat ataupun generasi-generasi sebelumnya. Karakter rijal ini dapat kita temukan di beberapa surat dalam Al-Qur’an, salah satunya dengan ciri-ciri yakni menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah SWT (Untuk berjihad di jalan Allah SWT). Ini berdasarkan Firman-Nya pada Q.S Al-Ahzab ayat 23 yang artinya “Diantara orang-orang mukmin itu ada rijal, yaitu orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka diantara mereka ada yang gugur dan ada diantara mereka (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya).

Dengan merujuk karakteristik rijal (pahlawan) dalam Al-Qur’an tersebut, menjadi pahlawan saat ini tidak mesti berperang menggunakan bambu runcing, tombak, bahkan bom sekalipun seperti pahlawan tempo dulu. Karena, musuh yang saat ini kita hadapi bukan tentara bengis dan kaum penjajah yang tidak berprikemanusiaan, namun musuh kita saat ini adalah kebodohan, kemiskinan, ketidakadilan dan bentuk kemungkaran lainnya yang seakan membuat kita ‘terjajah’ dan tentu semuanya itu Insya Allah akan bisa kita berantas dengan modal semangat kita ketika berjuang dalam hal apapun.

Akhirnya, kita bertanya pada diri sendiri apakah kita rela menjadi seorang pahlawan dengan mengorbankan harta, tenaga dan jiwa untuk mengembangkan diri dalam bidang masing-masing dan mencetak prestasi demi umat ini? Semoga bisa ! Wallahu a’lam

 



Tubuh Sehat Jiwa Bahagia

Jumat, 24 Februari 2017

SENAM PAGI DI SMP DTBS PUTRA More

Kerapihan dalam berbaris

Jumat, 11 Agustus 2017

rapih dan teratur More

BRTT Ala Aa Gym

Rabu, 08 Maret 2017

Bersih, Rapi, Tertib, Teratur More

Dalam al-Quran, Allah SWT merupakan pendidik dan guru terbaik bagi seluruh makhluk-Nya. Dialah yang mengatur dan mengelola alam semesta ini. More



© 2023 smpdtbs All rights reserved.