Senin, 26 Mei 2025

Diferensiasi Pembelajaran Kurikulum Merdeka dalam IPA: Turnamen Roket Air di Pesantren

Pendahuluan

Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan kepada guru untuk menyusun pembelajaran yang lebih sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Salah satu pendekatan utama yang digunakan adalah diferensiasi pembelajaran, yakni metode yang memungkinkan guru menyesuaikan konten, proses, dan produk belajar berdasarkan tingkat pemahaman, minat, serta gaya belajar siswa (Kemendikbud, 2022).

Dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), strategi ini dapat diterapkan melalui pembelajaran berbasis proyek, seperti turnamen roket air. Metode ini tidak hanya menarik, tetapi juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk memahami konsep fisika secara langsung, termasuk hukum Newton, tekanan udara, energi kinetik, dan gerak parabola (Giancoli, 2016). Di lingkungan pesantren, seperti di SMP Daarut Tauhiid Boarding School, pendekatan ini dapat menjadi pilihan inovatif dibandingkan metode pembelajaran berbasis teks atau ceramah. Walaupun terdapat kendala seperti keterbatasan alat, turnamen ini tetap dapat diterapkan sebagai bentuk pembelajaran berbasis pengalaman sesuai dengan prinsip Merdeka Belajar.

 

Konsep Roket Air dalam Pembelajaran IPA

Turnamen roket air menunjukkan bagaimana tekanan udara dapat menciptakan gaya dorong yang menggerakkan objek. Prinsip kerja roket ini berlandaskan pada Hukum Newton III, yang menyatakan bahwa "setiap aksi memiliki reaksi yang sama besar tetapi berlawanan arah" (Halliday, Resnick, & Walker, 2014). Dalam turnamen ini, udara yang dipompa ke dalam botol menciptakan tekanan yang tinggi, sehingga ketika air dilepaskan, tekanan tersebut menghasilkan gaya dorong ke atas yang menyebabkan roket meluncur.

Turnamen ini membantu siswa memahami konsep-konsep penting dalam IPA, di antaranya:

  • Hukum Newton tentang gaya dan gerak.
  • Pengaruh tekanan udara terhadap pergerakan objek.
  • Perubahan energi dari potensial ke kinetik.
  • Prinsip gerak parabola dan ketinggian maksimum yang dicapai (Young & Freedman, 2019).

Selain itu, turnamen roket air dapat dikembangkan menjadi proyek berbasis STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics), di mana siswa dapat mengembangkan desain roket, memvariasikan jumlah air yang digunakan, serta menganalisis ketinggian yang dicapai berdasarkan variabel tertentu.

Strategi Diferensiasi dalam Pembelajaran Roket Air

Agar pembelajaran lebih efektif dan inklusif, strategi diferensiasi dapat diterapkan melalui beberapa pendekatan berikut:

  1. Diferensiasi Konten

o   Siswa dengan pemahaman dasar mempelajari prinsip dasar gaya dan gerak.

o   Siswa dengan tingkat pemahaman lebih tinggi menganalisis hubungan tekanan udara dengan ketinggian roket menggunakan rumus fisika.

o   Siswa yang tertarik dengan teknologi dapat mengeksplorasi aplikasi prinsip roket dalam bidang penerbangan dan eksplorasi luar angkasa.

  1. Diferensiasi Proses

o   Siswa dengan gaya belajar visual diberikan infografis atau video interaktif.

o   Siswa kinestetik dapat langsung terlibat dalam perancangan dan peluncuran roket.

o   Siswa yang lebih reflektif dapat mendokumentasikan turnamen dalam bentuk jurnal atau laporan ilmiah.

  1. Diferensiasi Produk

o   Siswa dapat menyusun laporan dalam berbagai bentuk, seperti poster, video, atau presentasi kelompok.

o   Sebagian siswa dapat membuat proposal turnamen lanjutan dengan mengubah beberapa variabel dalam peluncuran roket.

  1. Diferensiasi Lingkungan Belajar

o   Turnamen dilakukan di area terbuka agar siswa dapat mengamati langsung lintasan roket.

o   Jika keterbatasan ruang menjadi kendala, simulasi peluncuran roket dapat dilakukan melalui perangkat lunak atau aplikasi berbasis AI.

 

 

 

Implementasi di Lingkungan Pesantren

Turnamen berbasis proyek seperti roket air dapat mengalami kendala dalam pelaksanaannya di pesantren, terutama terkait keterbatasan alat laboratorium. Namun, beberapa solusi dapat diterapkan untuk mengatasinya, antara lain:

  • Pemanfaatan bahan sederhana: Botol plastik bekas, pompa air, dan air sebagai bahan utama yang mudah didapatkan.
  • Peningkatan kerja sama tim: Siswa dapat bekerja dalam kelompok untuk merancang, meluncurkan, dan menganalisis turnamen.
  • Integrasi nilai-nilai pesantren: turnamen ini dapat dikaitkan dengan nilai-nilai Islami, seperti kejujuran dalam pencatatan data, sikap ilmiah dalam mengamati fenomena, serta kerja sama antaranggota kelompok.

 

Manfaat Pembelajaran Roket Air di Pesantren

Turnamen ini memberikan berbagai manfaat, baik dalam aspek akademik maupun dalam pengembangan karakter siswa, antara lain:

  • Meningkatkan kreativitas dan keterampilan berpikir kritis: Siswa dapat berturnamen dengan berbagai variabel untuk memahami dampaknya terhadap tinggi roket.
  • Mengembangkan keterampilan kerja sama: Proyek ini membutuhkan kolaborasi dalam perancangan dan analisis turnamen.
  • Memperkuat pemahaman IPA secara praktis: Siswa dapat mengaitkan konsep teori dengan pengalaman langsung dalam turnamen.
  • Menghubungkan ilmu dengan kehidupan nyata: Prinsip yang dipelajari dapat diterapkan dalam teknologi penerbangan dan eksplorasi luar angkasa.

 

Kesimpulan

Pembelajaran berbasis proyek seperti turnamen roket air merupakan strategi efektif dalam mengimplementasikan diferensiasi pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka. Meskipun dilakukan di lingkungan pesantren yang memiliki keterbatasan, seperti di SMP Daarut Tauhiid Boarding School, turnamen ini tetap dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang ada. Dengan pendekatan fleksibel dan berbasis pengalaman, siswa dapat belajar dengan lebih menyenangkan dan sesuai dengan potensi mereka.

Turnamen ini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep IPA, tetapi juga melatih mereka dalam berpikir kritis, bekerja sama, dan menghubungkan ilmu dengan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, mereka lebih siap menghadapi tantangan masa depan dengan keterampilan sains dan teknologi yang lebih baik.

 

Daftar Pustaka

  • Giancoli, D. C. (2016). Physics: Principles with Applications. Pearson.
  • Halliday, D., Resnick, R., & Walker, J. (2014). Fundamentals of Physics. Wiley.
  • Kemendikbud. (2022). Pedoman Implementasi Kurikulum Merdeka. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Young, H. D., & Freedman, R. A. (2019). University Physics with Modern Physics. Pearson.


Oleh Deni Fauzi Rahman,S.Pd More

Kerapihan dalam berbaris

Jumat, 11 Agustus 2017

rapih dan teratur More

Dalam al-Quran, Allah SWT merupakan pendidik dan guru terbaik bagi seluruh makhluk-Nya. Dialah yang mengatur dan mengelola alam semesta ini. More



© 2023 smpdtbs All rights reserved.